Senin, 09 April 2012

masalah ekonomi


Jakarta 10 Februari 2011 lalu, keluarga menerima kabar Ernawati yang mengadu nasib di Arab Saudi meninggal lantaran minum racun tikus. Keluarga menginginkan jenazah Erna dipulangkan dan penganiaya Erna semasa hidup dihukum.

"Kami ingin pemulangan jenazah secepatnya. Saya minta pertanggungjawaban pemerintah kenapa sampai meninggal. Padahal 10 hari sebelum kabar meninggal itu saya sudah lapor. Ke mana KBRI Riyadh? Ke mana Kemlu?" kata kakak Erna, Yenny, kepada detikcom, Kamis (23/6/2011).

Dia menuturkan, adiknya tidak mungkin meminum racun tikus tanpa alasan. Sebab sebelum meninggal, dalam pembicaraan telepon, Erna mengaku mendapat perlakuan kasar. Desember 2010, Erna menghubungi Yenny dan mengatakan kontraknya akan habis pada Juli 2011. Kala itu Erna mengaku sering dimaki-maki majikan, dipukul dan bila salah sedikit kerap diancam dipotong gaji meski selama bekerja belum menerima gaji.

Pada 26 Januari, Erna kembali menelepon dan menangis. Kepada kakaknya Erna mengatakan dirinya muntah darah karena disabeti pakai selang air. Penyebabnya, Erna minta tolong seorang laki-laki untuk beli mie karena lapar lantaran dia tidak diberi makan majikannya.

Dalam telepon, Erna juga menyebut dirinya hendak diperkosa teman majikannya. Saat itu paha Erna dipegang-pegang dan di selangkangan Erna dijejalkan uang 500 riyal, namun Erna melawan.

"Saya minta yang melakukan kekerasan pada adik saya diadili. Sampai sekarang kami tidak tahu apakah memang ada yang diadili. Kabar itu kan hanya bisa kami dapat dari Kemlu. Tapi tidak ada kabar apa-apa," keluh perempuan yang kini bermukim di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, ini.

Menurutnya, sejak dirinya melapor ke Kemlu perihal perlakuan kasar yang dialami Erna, Kemlu menyebut masih melacak keberadaan Erna. Dia tidak habis pikir mengapa pemerintah kesulitan mendapatkan Erna padahal alamat sudah diberikan.

"Kenapa harus menunggu kasusnya jadi perhatian publik baru jalan? Ini soal nyawa. Sekarang adik saya sudah meninggal, dan bahkan kami minta jenazahnya saja dipulangkan kok sepertinya sulit sekali. Saya nggak tahu lagi harus ke mana," tutur Yenny.

Selama memperjuangkan pemulangan adiknya, Yenny sudah mondar-mandir Tanjung Pinang-Jakarta. Dia berharap banyak pemerintah mau membantunya memulangkan jenazah sang adik.

"Saya besok mau ke Jakarta. Mau bertemu dengan Ibu Rieke (Rieke D Pitaloka) di TIM selepas salat Jumat. Beliau mau mendengar permasalahan saya. Semoga ada hasilnya," harap dia.

Yenny juga berharap, perusahaan pengirim Erna dipanggil dan dimintai keterangan oleh pemerintah sehingga ada kejelasan terkait gaji Erna yang belum dibayar. Dia berharap, bukan hanya Ruyati dan Darsem yang belakangan sedang ramai disebut-sebut publik yang diperjuangkan.

"Yang punya masalah masih banyak di luar sana, salah satunya adik saya," ucap dia.

Erna adalah gadis asal Dukuh Ngelo, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kudus, Jawa Tengah. Dia mengadu nasib ke Saudi tanpa sepengetahuan keluarga lantaran malu tidak lulus sekolah pada 2008. Saat berangkat, umur Erna yang masih 15 tahun dituakan oleh perusahaan pengirimnya menjadi 23 tahun.

Penyelesaian menurut saya
Seharusnya pemerintah memberikan jaminan yang benar-benar memberi perlindungan terhadap TKI.
Diberikan sekolah TKI yang mempelajari bahasa Internasianal yang nanti ya ia akan di perkerjakan di suatu negara agar tidak bingung disana karena beberapa persen majikan melakukan kekerasan karena ketidak mengertian TKI terhadap bahasa yang di gunakan majikannya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar